JANGAN ADA GATOTKACA BARU DI NEGERI INI

Di suatu tempat seorang ibu sedang menangis tersedu sedu dihadapan adiknya yang selalu menemaninya berbincang. Dia

Gatotkaca si anak yang meneyelsaikan persoalan para dewa
Gatotkaca si anak yang meneyelsaikan persoalan para dewa

sedang dirundung kesedihan yang teramat dalam sehingga suasana istana yang sangat besar itupun serasa semakin dingin menusuk kalbu. Dia adalah seorang ibu yang bernama Dewi Arimbi dan adiknya yang setia seorang yang bernama Kalabendana. Ibu dari sebuah negeri yang megah Pringgondani, yang seharusnya merasakan kebahagiaannya karena calon raja untuk kerajaannya yang besar itu sudah lahir. Kerapkali Kalabendana berusaha untuk menenangkan kakangmboknya yang masih terisak dalam kenestapaan.

“sudah lah kakang mbok, jangan terus bersedih. Tangisan kakangmbok telah merasuk kesetiap didnding istana ini”

“duh…kalabendana adikku… mengapa hatiku tidak juga hilang rasa sedihnya. Walau segala hal yang sudah kita nanti untuk adanya putra mahkota untuk negeri besar ini sudah hadir.”

“kakangmbok Arimbi, apa yang membuat kakangmbok bersedih? Bukankah seharusnya kakang Werkudara dan kakangmbok Arimbi bahagia karena sudah lahir putra Pringgondani yang gagah yaitu Raden Gatotkaca? Mengapa kakangmbok terus meratap dan tidak mengisinya dengan kebahagiaan? Berbahagialah kakang mbok…tersenyumlah dan sambutlah putramu yang kelahirannya ditunggu oleh banyak ksatria dan para dewa. Yang kelahirannya telah mampu meredam huru hara di Suralaya. Yang kesaktiannya melebihi kemampuan kstaria manapun karena tubuhnya telah digembleng dengan segala senjata sakti para dewa. Sehingga ototnya kawat dan tulangnya besi. Apa yang kakangmbok risaukan?”

“ duh adikku kalabendana, aku tahu bahwa aku tak selayaknya merisaukan keberadaan Gatotkaca yang kelahirannya telah mengundang perhatian seluruh dunia, aku juga tidak selayaknya khawatir akan segala penyakit karena kulitnya sudah dilapisi dalam kawah Candradimuka. Tapi batin seorang ibu ini yang selalu menggerogoti dalam kemeranaan, adikku”

“ ceritakan padaku kesedihanmu kakangmbok pada adikmu si buruk rupa kalabendana”

“ adikku, setiap ibu ingin selalu ingin melihat anaknya menjalani proses kehidupannya, menyusui dan  membelainya. Mengajarinya bicara, berjalan, memaknai hidup, mengenalkan gusti pangeran ing murbeng dumadi. Setiap ibu ingin menjaga anaknya, melihat anaknya tertawa dan menangis dari dia kanak-kanak hingga dewasa. Setiap ibu ingin tahu kapan dia pertama berdiri, melangkah dan terjatuh. Setiap ibu ingin melihat dan mendengar kapan si anak mulai bicara memanggilnya ibu dan bapak. Tapi apa yang oleh para dewa lakukan pada anakku? Hanya untuk kepentingan para dewa meredam kerusuhan di Suralaya, mereka melempar bayi kecilku ke kawah Candradimuka dan kemudian memberikan jabang bayi itu ke sekumpulan raksana. Gatotkacaku semakin dianiaya oleh para raksana semakin besar tubuhnya hingga berwujud seorang remaja. Walau akhirnya para dewana itu hancur atas kesaktian anakku, gatotkaca, para dewa tidak mengembalikan anakku. Gatotkaca dianugrahi kontang antrakusuma yang kesaktiannya mbisa membuat manusia mampu masuk kesuralaya bersama dengan wujud wadagnya. Dan lebih celakanya bayi kecilku dalam sehari langsung tumbuh menjadi sorang pria dewasa.”

“ Adikku Kalabendana. Setiap ibu akan sedih bila seorang anak tidak menjalani proses kemanusiaannya yang sewajarnya. Setiap anak berhak untuk menangis, tertawa, bermanja, bermain, tidur dengan lelap dan belajar. Tidak dengan gatotkaca anakku, dia dalam sehari sudah menjadi pria dewasa yang diberikan banyak kewajiban. Sebagai putra mahkota ksatrian pringgondani dia mempunyai kewajiban mengayomi Negara, orangtua dan masyarakatnya. Dengan Kontang Antrakusumanya dia berkewajiban menjaga keseimbangan mayapada dengan alam khayangan. Mengapa bayi kecilku diberikan banyak kewajiban tanpa diberikan haknya sebagai seorang anak? Itu yang membuatku sedih, kalabendana”

 

Demikianlah ilustrasi kesediahan Dewi Arimbi yang dapat ditamsilkan dengan kesedihan ibu pertiwi. Ibu pertiwi Indonesia yang meratapi teleh bermunculan gatotkaca-katotkaca baru yang tidak sedikit bertebaran di bumi Indonesia. Carut marutnya perikehidupan di negeri ini telah membuat banyak anak di Indonesia tidak lagi mampu menikmati masa kanak-kanaknya dengan segala apresiasinya. Anak Indonesia telalu banyak terlibat dalam pendewasaan dini karena keadaan.

Kita bisa menengok di sekeliling kita, apakah sudah ada tempat bermain untuk anak yang memadai, dimana setiap anak dapat berekreasi dengan segenap hati dan jiwa. Apakah disekitar kita sudah ada tempat dimana setiap anak bebas belajar mecari pengetahuan yang diakehendaki untuk memuaskan keingintahuan  alami mereka. Apakah mereka mempunyai banyak ruang tanpa harus dimasuki dan dikuasai oleh keegoisan para orang dewasa. Apakah mereka hidup dalam kebebasan tanpa ada kekhawatiran yang mengancam kehidupan mereka? Anak Indonesia sedang mengalami teror yang mengancam sendi kemanusiaannya. Tidak sedikit terjadi kasus penculikan anak untuk diperjualbelikan, baik itu sebagai anak ataupun hanya untuk diambil organ tubuhnya. Tidak sedikit pula teror psikotropika yang dapat mengancam mental dan tubuhnya. Tidak sedikitpula kasus kekerasan fisik dan psikis baik itu penganiayaan, pemerkoasaan hingga pembunuhan yang kadang ternyata tidak dilakukan oleh orang lain tapi masih kerabat bahkan orangtuannya.

Anak Indonesia sendiri hidup dalam penjara yang dibuat oleh lingkungannya sendiri. Penjajahan yang dilakukan dalam bentuk mulai dihilangkannya wilayah kehidupan para anak. Sudut lingkungan yang semula merupakan area bermain mulai dibangun gedung pencakar langit. Ruang nyata anak mulai digantikan oleh ruang semu playstation dan game online. Ruang apresiasi anak sudah digusur oleh penjajahan bisnis orang dewasa. Bisa dihitung dengan jadi jumlah lagu yang bertemakan anak-anak dan bisa dinyanyikan oleh anak-anak. Dapat dihitung jumlah tontonan yang layak ditonton oleh anak dan kemudian disukai oleh anak-anak. Matinya para pendongeng yang bisa menumbuhkembangkan alam imajinasi. Karena melalui kebebasan imajinasi tersebut telah lahir banyak penemu yang mampu mengatasi krisis kehidupan manusia.

Pemerintah Daerah : Pelindung Kedaulatan Anak Indonesia

Selayaknya melalui Hari Anak Nasional tanggal 23 Juli 2008 kemarin yang ternyata bersamaan dengan pemilihan kepala daerah Jawa Timur secara langsung, bisa menjadi tonggak yang harus kembali didirikan bahwa bendera kebangsaan anak wajib dikibarkan. Para orang dewasa dinegeri ini harus mulai menghormati wilayah kedaulatan anak Indonesia. Jangan bawa paksa mereka untuk memasuki ranah orang dewasa yang sarat dengan problem hidup tiada henti.

Sayangnya sepanjang momen janji politik yang diumbar oleh para calon kepala daerah, hampir tidak menyentuh wilayah krusial tentang perlindungan anak. Tidak ada yang menjanjikan perlindungan bagi setiap rumah yatim piatu, rumah singgah para pengamen cilik, ruang publik untuk anak seperti taman anak atau taman pintar. Seharusnya para calon pemimpin daerah mampu memberikan solusi akan maraknya pembunuhan ruang nyata anak oleh ruang-ruang digital yang tidak sehat. Para calon pemimpin daerah mampu memberikan ruang konseling bagi para orang tua yang ingin membesarkan anaknya secara sehat. Memberikan ruang bernafas baru bagi seorang anak yang ingin meraih ilmu tanpa harus diteror oleh pihak institusi pendidikannya untuk segera membayar SPP karena orang tuanya nunggak membayarnya untuk beberapa bulan. Para pemimpin daerah juga harus mempu menegakan konstitusi bahwa tayangan televise didaerah harus menyesuaikan diri dengan wilayahnya jangan hanya terpusat oleh trend Jakarta. Agar tidak ada lagi sorang anak bunuh diri karena malu diolek-olek temannya karena miskin dan ketinggalan jaman. Jangan sampai seorang anak diperkosa hanya alasan konsumsi media yang super bebas dan hampir tanpa penyaringan. Jangan sampai seorang anak berbuat tidak senonoh karena menganggap itu sesuai dengan norma yang ada saat ini. Solusi ini selayakn
ya yang harus menjadi perhatian para calon pemimpin daerah.

Melalui Hari Anak Nasional, kita harus mampu merefleksikan, bahwa setiap manusia dewasa berkewajiban untuk menjaga wilayah kehidupan seorang anak agar tidak terganggu dalam proses pertumbuhannya. Mulai dari kita, mulai dari sesuatu hal yang kecil. Dari perhatian dalam proses bermain, memilihkan mainan, memilihkan tempat belajar yang sehat dan  memberikan waktu bermain yang cukup. Biarkan anak-anak  kita tumbuh sewajarnya. Agar tidak ada lagi gatotkaca-gatotkaca baru yang lahir dan tidak nyaman menyelami kehidupan masa kanak-kanak. Jangan sampai anak-anak Indonesia didewasakan karena gonjang-ganjing yang melanda kehidupan bangsa ini. Bukankah dalam sunah Rasulullah SAW menyatakan bahwa anak yang sholeh adalah tiket bagi orangtua untuk bisa masuk dalam surga Allah? Maka mulai sekarang, lindungi anak-anak kita.     ( diterbitkan di tabloid BENAR)

4 thoughts on “JANGAN ADA GATOTKACA BARU DI NEGERI INI”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *